Saya hanya menggeleng-gelengkan kepala tatkala menyaksikan pasukan Amerika Serikat dan sekutunya menyerang Libya akhir-akhir ini. Kabarnya motif di balik penyerangan tersebut adalah melindungi rakyat Libya dari serangan pemimpinnya sendiri, Khadafi yang bertahan di tampuk kekuasaan dan enggan mundur dari jabatannya.
Jika memang maksudnya demikian, kenapa jiwa korban yang melayang berasal dari rakyat Libya sendiri, bukan dari pasukan Khadafi. Yang menggelikan Khadafi menyerukan rakyat Libya untuk membangkitkan jiwa nasionalisme membela negara dari serangan asing (Amerika dan sekutunya).
Saya kasihan dengan rakyat Libya yang menjadi korban pemimpinnya sendiri dan juga pasukan Amerika Serikat beserta sekutunya. Pemimpinnya sendiri dan pemimpin pasukan Amerika sangat terobsesi dengan sumber daya minyak yang melimpah di negeri tersebut. Nafsu dunia untuk menguasai kekayaan alam membutakan mata manusia akan nilai kebersamaan hidup sebagai sesama manusia (humanis). Obsesi terhadap sesuatu kadang membuat manusia menjadi arogan,Ketika seorang manusia tak mendapat apa yang diidamkannya, kadangkala membuat manusia mengeluarkan sisi serakahnya.
Begitu pun apa yang saya alami akhir-akhir ini, Saya terobsesi dengan rasa cinta, sayang dan kangen. Rasa kangen yang tidak terobati membuat saya menjadi sosok yang egois, memaksakan kehendak ingin bertemu dan uring-uringan serta negatif thinking. Bermacam pemikiran negatif berkecamuk di kepala saya, terlebih saya pernah mengalami pengkhianatan di masa lalu, sehingga ketika menghadapi komunikasi yang terhambat, jiwa saya berubah menjadi api yang membara.
Pada dasarnya perang terjadi karena adanya miss komunikasi antara dua pihak. Dan parahnya ketika dua-duanya mempertahankan keegoisannya, maka meledaklah amarah. Seandainya ada komunikasi dua arah, dan masing-masing bernegosiasi dengan egonya sendiri, tentu tak akan ada perang. Saya kira pertemuan kedua pihak sambil berpikiran jernih dengan niat mencari solusi akan kebuntuan komunikasi tadi akan mencegah terjadinya perang.
Kini, saya sedang berusaha bernegosiasi dengan egoisme diri saya sendiri. Saya selalu ingat apa yang dikatakan ibu saya, "Kamu harus tahu diri dalam menggapai sesuatu. Selalu bersabar dan introspeksi diri. Kamu manusia yang penuh kekurangan, mawas diri lah ketika kamu ingin menggapai sesuatu yang tinggi"
Ya, saat ini saya merasa bermimpi memetik bintang yang terlalu tinggi. Akankah bintang itu mendekat agar saya bisa meraihnya?
No comments:
Post a Comment