Sunday, May 8, 2011

Ekspresif


Bahaya!! Sampai usia saya yang sekarang, saya masih belum pandai menyembunyikan suasana hati. Nampaknya saya masih belum berbakat untuk menjadi aktor.

Kemarin, asisten saya di tempat kerja menegur saya dengan pertanyaan yang benar-benar tepat sasaran, "kenapa A? ada apa? cerita dong!". Saya benar-benar kaget dengan pertanyaannya yang tiba-tiba itu. Suasana hati saya memang sedang tidak nyaman, saya sedang galau, dan saya telah berusaha untuk menunjukkan profesionalitas kerja. Namun rupanya air muka saya terlalu mudah ditebak. Ketika saya menjawab "ga da papa, emang kenapa?", assisten saya tersenyum geli "ga usah bohong! muka lu kusut banget".

Rupanya saya belum berubah, sedari dulu ekspresi muka saya ketika sedih atau galau terlalu mudah ditebak oleh orang lain. Ternyata hal ini dikarenakan kebiasaan sehari-hari saya yang --menurut sebagian besar teman saya-- nampak semangat dan ceria. Jadi, ketika sorot mata saya sudah sayu, orang lain akan dengan mudah menerka bahwa saya sedang menghadapi masalah.

Sebenarnya saya tak ingin kebiasaan ini berkelanjutan, karena biasanya hal tersebut membawa efek yang lebih buruk pada kondisi hati saya. Jika raut muka saya sedang sedih, teman-teman saya akan tampil menjadi pahlawan untuk menghibur saya dengan harapan saya segera pulih, kembali menjadi sosok yang menyenangkan. Sayangnya, setiap kali hal tersebut dilakukan, saya biasanya malah menjadi merasa terusik. Saya lebih suka menghadapi permasalahan yang saya hadapi dengan menyendiri, menarik diri, mengintrospeksi diri sendiri, kemudian pelan-pelan menganalisis masalah yang saya hadapi dan mencari solusinya sendiri. Bukannya tidak ingin mendapatkan solusi dari orang lain, namun saya lebih percaya dengan kata hati saya. Mungkin terdengar egois, namun itulah saya.

No comments:

Post a Comment