Thursday, August 11, 2011

Kehilangan


Setiap kali saya kehilangan barang, ibu saya selalu bilang "kamu yang ikhlas, mungkin bukan rezeki, semoga Tuhan menggantinya dengan rezeki yang lain"

Kadang kala saya masih tidak bisa menerima dengan kesabaran yang diajarkan ibu saya. Jika kehilangan barang akibat kelalaian saya (benda kesayangan terjatuh tanpa sepengetahuan saya), saya masih bisa menerima, namun jika dicuri orang lain? sangat susah bagi saya untuk ikhlas. Begitulah ketika ---telepon genggam pertama saya hilang dicuri teman saya sendiri, atau ketika dompet saya dicopet sehabis nonton bioskop tahun yang lalu, dan kemudian kecopetan terulang selagi saya menunggu di pool travel sebulan yang lalu--- teramat sulit bagi saya untuk bisa ikhlas. Namun, kata-kata yang dilontarkan ibu selalu mampu membuat hati saya luluh dan ikhlas di kemudian hari. Pada akhirnya, saya terbiasa untuk mengikuti kata-kata Ibu ketika mendapatkan musibah kehilangan barang.

Namun ada satu hal yang tidak mampu saya kendalikan ketika kehilangan, yaitu kehilangan orang yang saya sayangi. Dan untuk yang satu ini, saya tidak pernah cerita pada Ibu. Jika saya kehilangan orang yang saya sayangi, saya selalu pendam di hati saya sendiri. Untuk sampai pada tahap ikhlas, saya perlu sangat lama untuk urusan yang satu ini, waktunya bisa dalam hitungan bulan bahkan tahun. Seperti halnya apa yang saya alami hampir tiga bulan ini, ketika rasa sayang saya sedang tumbuh, secara tiba-tiba saya harus kehilangan orang yang paling saya sayang, saya masih belum bisa ikhlas. Saya tahu, kehilangan kali ini adalah akibat kesalahan saya sendiri, namun kalaupun ibu saya mengeluarkan kalimat saktinya "kamu harus ikhlas", saya malah tidak yakin akan menurut aapa yang dikatakannya. Maafkan saya, karena ternyata saya masih sangat sayang dan tak ikhlas kehilangannya.

No comments:

Post a Comment